Tidak semua pertemuan akan
membekas. Beberapa peristiwa pertemuan ada yang begitu saja hilang, tak
menimbulkan rasa apa-apa. Beberapa pertemuan lainnya tinggal dalam ingatan,
bersemi lebih indah hingga memunculkan banyak rasa. Kalau aku boleh tau,
pertemuan antara aku denganmu termasuk apa? Apakah pertemuanmu denganku
berhasil memunculkan suatu perasaan? Ataukah tak melahirkan perasaan apapun?
Aku ingin tahu, sangat ingin tahu, meskipun mustahil membangun percakapan
denganmu. Karena kita terpisah oleh jarak yang cukup jauh. Dapatkan kerinduan
ini mempersatukan kita kembali?
Sini,
sediakan telingamu, dengarkan ceritaku. Aku menyimpan rasa kagum padamu, ingat
hanya rasa kagum. Percakapan kita terjalin begitu saja, walaupun tak lama
segalanya kembali runtuh, entah karena kesalahanku atau tindakanmu yang
tiba-tiba berubah. Setiap hari kau menyapa ku lewat mahkluk dingin bertubuh
kaku yang bernama handphone itu memunculkan perasaan lain. Rasa kagum yang
sulit untuk ku jelaskan, rasa penasaran yang ingin terus kuikuti. Mungkin semua
ini salahku juga, akhirnya kamu menyadari bahwa segalanya tak lagi sama seperti
pertemuan awal kita. Jika waktu turut andil, memang tak ada lagi yang sama
seperti semula.
Sekarang
tak ada lagi kedekatan seperti dulu. Tak ada juga “hahahihi” yang selalu
menghiburku di tengah dinginnya malam. Kita berjalan sendiri-sendiri, bahkan
saat bertemu seakan tak pernah terjadi apapun, seakan tak pernah ada kedekatan
yang terjalin diantara kita. Aku sadar semua memang sudah berlalu, sudah tak
perlu lagi diungkit-ungkit juga dikenang. Bukan keinginan ku untuk menuntut,
aku hanya ingin tahu, mengapa kau tiba-tiba berubah? Mengapa kedekatan
kita-walaupun hanya sekedar percakapan bisu dalam bentuk tulisan tak lagi bisa
terulang?
Asal
kau tahu, disini aku terdiam dan menunggumu, kadang aku meneteskan air mata
untukmu. Kamu mungkin berusaha menjahuiku dan bahkan melupakanku dengan alasan
yang benar-benar tidak kutahu. Mungkin, sekali lagi mungkin, kamu mengira aku
ingin sesuatu yang lebih, sesuatu yang tak hanya sekedar autotext atau emoticon
dalam bentuk tanda ataupun symbol. Tidak. Aku tidak akan menuntut sejauh itu,
aku cukup paham, kamu bukan orang yang dengan mudah memberikan harapan untuk
siapapun yang berusaha mengetuk pintu hatimu.
Jadi,
melalui surat ini, aku ingin memberitahukan padamu bahwa yang kita lewati dulu
sungguh membuatku penasaran seperti apakah sifat aslimu. Namun, kau memutus
rasa penasaranku dengan mengakhiri tanpa kata perpisahan. Tapi, kalau
dipikir-pikir, untuk apa kata perpisahan? Aku dan kamu belum menyatu dan
mungkin tak akan pernah menyatu.
Diantara
rasa angkuh dan rasa gengsiku, diantara jarak berkilo-kilo meter, diantara
perasaan yang belum sempat kau tau, aku merindukan dirimu yang dulu.